TEMPO.CO, Jakarta - Siswa SMA asal Kentucky yang terlihat dalam video viral yang menunjukkan kumpulan siswa mengejek penduduk asli Amerika mengaku mendapat ancaman pembunuhan.
Nick Sandaman, junior di SMA Covington Catholic di Park Hills, Kentucky, yang dituduh mengejek seorang pria suku asli Amerika sekaligus veteran Perang Vietnam bernama Nathan Phillips membantah telah mengejeknya selama pawai penduduk pribumi Amerika Jumat kemarin.
Baca: Video Viral Siswa Pendukung Trump Ejek Penduduk Asli Amerika
"Peserta aksi yang dilihat semua orang dalam video itu mulai memainkan drumnya saat dia memasuki kerumunan, yang terpisah darinya," kata Sandmann, dikutip dari ABC News, 22 Januari 2019.
"Dia menatap mata saya dan mendekati saya, hanya beberapa inci dari wajah saya. Dia memainkan drumnya sepanjang waktu di wajah saya," lanjutnya.
"Saya tidak pernah berinteraksi dengan peserta aksi ini. Saya tidak berbicara dengannya. Saya tidak membuat gerakan tangan atau gerakan agresif lainnya. Sejujurnya, saya terkejut dan bingung mengapa dia mendekati saya," tambahnya.
Video: This is Omaha elder Nathan Phillips, harassed yesterday at the Indigenous People's March by MAGA hat-wearing white high school students from a Kentucky Catholic school who were attending an anti-choice march in D.C. We will cover this on Tuesday's show—be sure to tune in. pic.twitter.com/nbw1pfrtZc
— Democracy Now! (@democracynow) January 20, 2019
Sandmann juga mengatakan dia tidak pernah mendengar ada siswa yang berteriak membangun tembok atau apa pun yang penuh kebencian atau rasis.
Sandmann mengatakan dia dan keluarganya telah menerima ancaman setelah insiden itu diketahui publik.
"Saya telah menerima ancaman fisik dan pembunuhan melalui media sosial, serta penghinaan yang penuh kebencian. Satu orang mengancam akan menyakiti saya di sekolah, dan satu orang mengaku tinggal di lingkungan saya. Orang tua saya menerima ancaman pembunuhan karena opini massa media sosial menyebabkan masalah ini," kata Sandmann.
Nathan Phillips saat diwawancara CNN.[CNN]
Veteran Perang Vietnam, Nathan Phillips, yang menabuh drum dan bernyanyi selama berhadapan dengan Sandmann mengatakan sekelompok remaja meneriakkan kata-kata melecehkan terhadapnya.
"Aku mendengar mereka berkata, 'Bangun tembok itu, bangun tembok itu,' kamu tahu?" kata Phillips. "Ini tanah adat, kau tahu. Kita seharusnya tidak memiliki tembok di sini. Kita tidak pernah melakukannya. Sebelum orang lain datang ke sini kita tidak pernah memiliki tembok. Kita tidak pernah memiliki penjara."
Baca: Tangis Pria Suku Asli Amerika Usai Diejek Siswa SMA
Dalam wawancara terpisah dengan Washington Post, Phillips mengatakan remaja dari kelompok Sandmann telah melecehkannya dan pengunjuk rasa penduduk asli Amerika lainnya sebelum pertemuan itu.
"Saya mulai pergi ke sana, dan pria bertopi itu menghalangi saya dan kami menemui jalan buntu. Dia hanya menghalangi jalan saya dan tidak akan membiarkan saya mundur," kata aktivis yang memperjuangkan suku asli Amerika tersebut.